Thursday, January 29, 2009

Mental Yadnya Bagi Anak Bangsa

Menanamkan Mental Yadnya Sedini Mungkin 
I Gede Suputra Widharma, ST, MT 

Yadnya adalah korban suci dengan ketulusan dan keikhlasan hati. Mempersembahkan yang terbaik yang dimiliki dalam setiap kerja atau aktivitas yang dilakukan tanpa berharap akan dapat imbalan ataupun pujian. Hukum Rta dan Hukum karma phala selalu akan melingkupi ruang dan waktu. Setiap keyakinan pada Tuhan pasti akan tahu kalau setiap perbuatan akan ada hasilnya, jadi untuk apa hasil itu diharap-harapkan apalagi hingga mengambil yang bukan haknya. Andai mental untuk beryadnya tertanam dalam setiap anak bangsa sejak dulu, mungkin negeri ini telah makmur saat berusia 40-50 tahun seperti usia saat kejayaan Majapahit, Sriwijaya, atau Mataram. Namun sayang sekali, negeri ini kemudian pernah dijejali sekumpulan orang berkuasa yang berani berhutang atas nama negara namun sampai hati makan uang itu sendiri. Nikmatnya hidup bergelimpangan kemewahan seperti itu kemudian diteruskan oleh anak mantu dan besannya, juga oleh kroni-kroninya, hingga murid-muridnya. Hasilnya, sekarang negeri ini terpuruk dengan wajah penuh dengan noda yang ditandai dengan masuk papan atas negeri terkorup di dunia. 

Sebagai generasi muda, malu sekali negeri ini digolongkan negeri terkorup di dunia. Padahal negeri yang sangat indah dan kaya ini memiliki Pancasila yang merupakan dasar negara terbaik di muka bumi ini. Negeri ini memiliki segala hal yang dimiliki oleh India untuk ber-swadesi, ataupun Jepang, China, dan Korea untuk menjadi macan asia. Negeri yang tegak berdiri bersatu dalam kebhinnekaannya ini seperti bangsa Amerika, juga memiliki luas wilayah, kekayaan alam, dan jumlah rakyat yang relatif sama banyaknya dengan negara adikuasa tersebut. Bahkan pada usia mudanya, negeri ini merupakan kekuatan ketiga yang ada di Tengah, setelah kekuatan Rusia di Timur dan Amerika di Barat. Lalu mengapa bangsa ini bisa jatuh terperosok seperti ini? Mental. Mental kita masih belum bagus juga walaupun telah 10 tahun reformasi. Ini semua karena lebih dari 30 tahun mental anak bangsa dipasung sedemikian rupa sehingga tidak bisa bilang tidak, hanya bisa mengangguk atau teriak setuju. Mental anak bangsa hingga detik ini masih terpesona mendengar janji-janji palsu, terpesona pada senyuman palsu. 

Mental ini masih suka memperdaya orang dengan bersandiwara santun, iklan yang memutarbalikkan fakta, dan bibir yang membentuk senyuman walau palsu. Mental ini masih suka memuji orang setinggi langit di depannya tapi dibelakangnya menjatuhkan hingga menginjak-injak nama baiknya. Mental ini masih suka memanipulasi data bahan laporan asal boss senang sehingga bisa cepat promosi. Semua ini memang hasil pendidikan dari para orang tua yang keblinger dengan mentalnya yang ingin merebut kekuasaan, menumpuk kekayaan, dan tenggelam dalam kemewahan salah. Mental anak bangsa memang harus diperbaiki sedini mungkin. Mungkin butuh waktu untuk mengubah mental anak bangsa semuanya, sebab masih banyak rakyat yang mentalnya telah keblinger baik separuhnya, seperempatnya, ataupun seperseribunya, tapi tetap keblinger yang jika dibiarkan bisa tambah besar keblingernya dan membahayakan bangsa ini. Untuk itulah sangat diperlukan oleh anak bangsa ini siraman rohani baik oleh bapak Mario Teguh, bung kick Andy, mas Ebiet, bli Gede Perama, bang Deddi Mizwar, bahkan juga para Agamawan yang sudi turun dari gunung ataupun langit guna memberi pencerahan pada umatnya melalui mass media untuk menjadi orang yang bermental baik dan mulia. Mental yang sudi bekerja sekuat tenaga untuk membangun negeri, berusaha dengan sekuat kemampuan untuk memberi yang terbaik bagi nusa dan bangsa. 

Dan semua hasilnya diserahkan pada yang diatas SANA, karena rejeki memang hanya DIA yang mengatur, umat hanya berdoa dan berusaha. Jika diambil dari Bahasa Sankskerta, maka mental yang seperti itu disebut bermental yadnya. Dengan mental yadnya ini, perjalanan bangsa akan jauh dari bahaya laten korupsi. Sekarang tonggak penting arah perjuangan bangsa sedang menanti kita, yaitu tepatnya tiga dan enam bulan kedepan. Siapkan mental yadnya kita. Jangan tertipu lagi dengan janji palsu, tebar pesona, iklan memutarbalikkan fakta. Saatnya mengubah mental kita sebagai anak bangsa mulai saat ini, ketika generasi muda harus menentukan pilihan kearah mana langkah gagah bangsa ini akan dibawa. 

Penulis, margi ananda, dukuh segening, dosen Sistem Informasi JTE Politeknik Negeri Bali