Thursday, July 24, 2008

Multipartai vs Golput



BANYAK PILIHAN BUAT RAKYAT, JADI BUAT APA GOLPUT
I Gede Suputra Widharma, ST, MT
Pemilihan umum 2009 memang masih sekitar satu tahun lagi. Pemilu yang akan menentukan nasib bangsa ke depan, dengan memilih wakil rakyat DPR dan DPD serta Pemimpin negeri ini. Mereka yang akan menentukan kebijakan negara bagi rakyatnya, dan mestinya rakyat sudah tahu mana yang baik dan mana yang kurang (ajar), bahkan mana calon yang busuk, karena yang maju nanti sebagian besar masih yang itu-itu juga. Walau pun masih setahun, tapi euforia menyongsong perhelatan nasional itu sudah mulai di sana-sini sejak saat ini. Bahkan di Bali rentetannya berbarengan dengan Pilkada yang juga melibatkan para pemuncak negeri dan melibatkan seluruh rakyat Bali. Gaung nyoblos belum sirna di Bali, malah jadi semakin kencang sejak KPU mengijinkan partai untuk mulai berkampanye bagi pemilu tahun depan. Sejumlah bendera dan umbul-umbul partai baru yang dipasang meramaikan ruas-ruas jalan di berbagai daerah untuk sosialisasi, tidak kalah dengan partai-partai lama yang telah dikenal masyarakat luas.
Pasca keruntuhan rezim Orde Baru, tuntutan demokrasi sangat kuat di negeri ini dalam bentuk reformasi di bidang politik. Salah satu wujud reformasi tersebut adalah dalam pendirian partai politik sebagai salah satu bentuk kebebasan berekspresi. Dengan pemilu yang multipartai seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Soekarno, akan ada banyak visi misi dan program yang disampaikan yang bagi rakyat pemilihnya. Multipartai setidaknya memberi pilihan yang lebih variatif kepada masyarakat, untuk memilih sesuai dengan hati nurani dan harapannya yang tercermin dari visi misi parpol tersebut. Partai merupakan alat pencapaian kekuasaan dan saluran politik resmi yang diakui perundang-undangan untuk mewujudkan harapan rakyat yang memilihnya.
Pada tahun ini tercatat sekitar 95 partai baru yang mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan HAM sebagai peserta Pemilu, dan kemudian oleh KPU ada 34 partai politik yang dinyatakan berhak ikut pemilu tahun depan. Dari sekian banyak partai tersebut, dapat dipilah menjadi tiga bentuk partai politik yang ditawarkan pada masyarakat. Ada parpol yang murni berbentuk partai nasionalis seperti PDIP, Golkar, PNIM, Demokrat, PNBK, hingga Hanura dan Gerindra. Ada parpol yang seminasionalis yang terbuka tapi memiliki basis massa tertentu sebagai pendukungnya, seperti PKB dan PAN dengan massa kelompok agama ataupun dengan basis kalangan tertentu seperti Partai Buruh, Serikat Pekerja, hingga Pemuda dan Patriot. Ada juga partai yang murni berbentuk sebagai partai religius/agama seperti PPP, PKS, PDS, dan PBR. Dari bentuk-bentuk ini pun dapat lagi dipilah menjadi beberapa bentuk lagi sesuai dengan sejarah berdiri dan pendukungnya. Misalnya untuk partai berbentuk nasionalis dapat dipilah sesuai massa pendukungnya, seperti birokrat, saudagar, kaum marhaen, kaum tani, keluarga angkatan, dan lain-lain. Belum lagi pengelompokan pada partai berbentuk seminasional dan partai yang berbentuk religius. Mungkin ada sekitar 8-10 pengelompokan parpol.
Maraknya partai politik baru menjelang Pemilu sejatinya bukan hanya ekstase publik menumbuhkan demokrasi. Partai yang tak mampu memenuhi electoral treshhold tampak cukup mudah bermetamorfosis, demikian juga dengan partai yang tidak lolos verifikasi, pada kesempatan berikutnya cukup mendaftarkan kembali partainya dengan nama yang hampir serupa, atau nama beda sedikit tapi akronimnya sama. Walaupun demikian masih banyak politisi yang memang berjuang untuk rakyat, baik yang ada di parpol lama maupun yang baru membuat parpol. Daripada membiarkan politisi busuk yang hanya janji-janji dan KKN yang terpilih ke gedung DPR/MPR, gunakan hak pilih kita untuk memberi dukungan pada politisi yang benar-benar berjuang untuk rakyat agar bisa menjadi wakil rakyat dan pemimpin kita lima tahun ke depan. Ada banyak partai yang menawarkan programnya dan ada banyak caleg dengan track record masing-masing. Saatnya untuk memilih yang tepat untuk Nusantara dan Pancasila kita, jangan sia-siakan hak kita dan membiarkan kebusukan bersama kita selama lima tahun kedepan.
Penulis, dosen Sistem Informasi/Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali, warga Serongga Kelod Gianyar

Thursday, July 17, 2008

Untuk Indonesiaku


MEMBANGUN BANGSA
Indonesia, tanah lahir beta
pusaka abadi nan jaya
...
Indonesia, sejak dulu kala
tetap dipuja-puja bangsa
...

Melalui blogger ini kupersembahkan gagasanku, nafasku, gerak tubuhku, dan hidupku untuk negeri tumpah darahku. Semoga apa yang kusampaikan dalam setiap kesempatan akan memberikan manfaat bagi negeri ini, bagi bangsaku yang sedang membangun.

...
tempat berlindung di hari tua
sampai akhir menutup mata




Wednesday, July 09, 2008

Nutrition and Suputra




Gizi Membentuk Anak yang Suputra dan Sadhu Gunawan

Anak adalah titipan Tuhan yang wajib untuk di rawat dan dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, dan sehat. Membentuk seorang anak menjadi anak yang suputra dan sadhu gunawan adalah tugas Ibu sebagai guru rupaka. Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya. Anak yang sehat akan merasa senang apabila diajak bermain, periang, mempunyai tubuh yang proporsional, dan penuh dengan semangat. Anak yang pintar bersosialisasi dengan yang lain. Kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. Banyaknya zat-zat tidak baik yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sangat mempengaruhi kesehatan.


Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak, seperti jajan sembarangan. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Seorang anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan normal, baik fisik dan psikisnya. Secara psikis, anak yang sehat akan terus bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Bukan hanya itu saja, anak yang sehat tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh. Beberapa penyakit yang timbul akibat kurangnya gizi antara lain diare, disentri, gondok, busung lapar, defisiensi kurang kalori protein, defisensi vitamin A, defisiensi yodium, anemia, dan beberapa penyakit lainnya. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya. Jika pada puncak pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup, maka jumlah sinapsis yang berbentuk akan berkurang, sehingga mengakibatkan fungsi mentalnya berkurang, seperti: daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak usia dua sampai tiga tahun, mulai mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus, seperti seng dan vitamin A. Hal ini perlu diwaspadai, karena mempunyai relevansi dengan perbanyakan sel tertentu dan bagian dari otak, yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan mengingat informasi serta mengurangi daya cipta. Zat lain yang perlu diwaspadai adalah zat besi, karena dapat mengakibatkan kelainan fungsi otak dan kelainan pertumbuhan balita serta mudah terkena infeksi. ASI merupakan sumber gizi pertama dan yang paling alami yang diberikan ibu kepada anaknya. ASI banyak mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan air yang berubah menjadi sebuah fondasi yang sangat kokoh untuk melindungi tubuh dari penyakit. ASI mengandung kolostrum, yaitu suatu zat kekebalan tubuh yang khusus, dan tidak pernah terdapat pada jenis makanan yang lain. ASI mengandung nutrien yang diperlukan oleh otak bayi seperti taurin dan asam lemak ikatan panjang, laktosa, garam, kalsium dan fosfat yang tepat, serta mengandung antibodi, sel darah putih hidup, dan faktor bifidus yang membantu Lactobacillus bifidus dalam usus bayi. Meskipun ASI kaya akan gizi, namun ASI tidak diberikan seumur hidup. Setelah bayi berumur kurang lebih satu tahun, bayi sudah boleh memakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Karbohidrat banyak terdapat pada umbi-umbian. Sedangkan lemak berfungsi untuk melindungi organ tubuh, pelarut vitamin dan sumber energi yang terdapat pada keju, susu, kelapa, dan avokad. Protein terdapat telur, gandum, dan kacang-kacangan. Vitamin berfungsi untuk memperlancar proses pengolahan makanan. Vitamin banyak terdapat pada buah-buahan. Makanan yang mengandung keenam zat gizi tersebut disebut 4 sehat 5 sempurna. Riwayat kelahiran juga berperan dalam resiko kurang gizi antara lain tempat lahir dan penolong persalinan. Dengan gizi dan lingkungan yang baik, akan menghasilkan anak yang baik, cerdas, dan berguna bagi keluarga, bangsa dan agamanya.

Simakrama Bali

Simakrama Kandidat Ke Desa Pekraman 
MENGETAHUI KONDISI RIIL MASYARAKAT BALI 
I Gede Suputra Widharma, ST, MT 

Selama ini Gubernur Bali selalu memberikan bantuan kepada Desa Pekraman yang nilainya terus mengalami peningkatan. Bantuan semacam ini rutin dilaksanakan oleh Gubernur Bali sebagai perangsang kepada Desa Pakraman di Bali untuk pelaksanaan pembangunan. Bahkan bantuan untuk tahun ini yang berkisar pada nilai 50 juta rupiah meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 40 juta rupiah. Bantuan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bali tentang penetapan Desa Pakraman, Subak dan Subak Abian penerima bantuan keuangan Pemerintah Provinsi Bali. Jadi bukan sesuatu yang baru bila Gubernur Bali memberikan bantuan yang jumlahnya terus meningkat bagi Desa Pekraman. Demikian pula dengan para kandidat, walaupun tidak berjanji untuk meningkatkan bantua pada Desa Pekraman, namun saat nanti menjadi Gubernur Bali pasti tetap akan memberikan bantuan bagi Desa Pekraman yang nilainya tentu akan lebih besar sesuai dengan peningkatan pendapatan daerah yang juga berasal dari sepak terjang Desa Pekraman dalam memajukan wilayahnya. 

Hubungan kekerabatan masyarakat Bali terbentuk dalam Desa adat dan desa dinas yang kemudian telah diperdakan berubah menjadi Desa Pekraman. Desa pekraman merupakan satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat dalam ikatan Kahyangan Tiga secara turun temurun. Desa Pekraman merupakan perkumpulan warga desa bercirikan sosio-religius dan komunal yang didasari dengan tata cara krama menjalankan adat istiadat dan agamanya. Desa adat merupakan benteng dalam mempertahankan adat dan budaya Bali, untuk itulah Desa Pekraman perlu mendapatkan bantuan. Bantuan yang diberikan hanya sekedar sebagai perangsang, bukan program yang direncanakan oleh Desa Pekraman. Oeh karena itu bantuan ini diharapkan untuk dapat dipergunakan sebaik-baiknya seperti perbaikan pura, ataupun dipergunakan pelatihan pesraman dan lain sebagainya. Bantuan yang diberikan kepada Desa Pakraman, sesuai dengan keinginan krama adat dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu diharapkan kepada para Bendesa supaya dapat mempergunakan bantuan tersebut sebaik-baiknya, dan sebelum dipergunakan agar dimusyawarahkan terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. Hal itulah merupakan inti dari bantuan Gubernur kepada Desa Pekraman. 

Hal ini juga berhubungan dengan tiga hal yang menyebabkan kesejahteraan pada masyarakat yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan Desa Pekraman, yaitu Tri Hita Karana, yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Bantuan yang diperoleh Desa Pekraman memang seharusnta untuk ketiga hal ini, yaitu untuk semakin meningkatkan rasa Sraddha dan Bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi melalui pemeliharaan Pura, Upacara dan Karya Adat lainnya, juga untuk menciptakan lingkungan hidup yang asri, bersih, dan berbudaya, serta membentuk kondisi kehidupan yang aman, tertib, dan damai. Sehingga dari semua itu akan menimbulkan rasa bahagia dalam berkarya dan berkreasi bagi masyarakat Desa Pekraman khususnya, serta juga bagi tamu-tamu baik,yang domestik maupun internasional yang mengunjungi Desa Pekramannya. Bila semua kondisi tersebut telah menjadi kenyataan, maka diharapkan masyarakat di Desa Pekraman khusunya dan Bali umumnya akan maju dan sejahtera. Melalui simakrama dari para kandidat Gubernur Bali yang membawa Visi dan Misi mereka ke Desa Pekraman, yang disisipi acara pemberian bantuan langsung serta janji peningkatan bantuan bila kelak menjadi Gubernur, merupakan salah satu jalan bagi para kandidat untuk melihat dan merasakan secara langsung kondisi riil masyarakat paling bawah di Propinsi ini, dalam hal ini Desa pekraman yang merupakan benteng bagi ajegnya Bali. Kegiatan ini juga merupakan ajang atau kesempatan bagi masyarakat yang selama ini hanya melihat kandidat lewat media elektronika atau media cetak dapat bertemu langsung dengan para kandidat. 

Melihat dari dekat sikap dan mendengar tutur katanya yang merupakan citra pertama yang ditangkap mereka. Kemudian menyampaikan permasalahan dan harapan mereka kepada para kandidat untuk menjadi program Pemerintah Propinsi Bali untuk masa bakti lima tahun ke depan, dalam rangka mensejahterakan masyarakat Bali, bila kelak terpilih menjadi Pemimpin Bali. 

Penulis, dosen Sistem Informasi JTE Politeknik Negeri Bali, UTI dan STITNA, warga Banjar Serongga Kelod Gianyar



Negara dan Gizi Masyarakat

Perlunya Kebijakan Negara Meningkatkan Status Gizi Masyarakat 
I Gede Suputra Widharma, ST, MT 

Masalah gizi merupakan masalah dunia yang telah membuat PBB dan berbagai LSM melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangannya. Masalah kelaparan dan kekurangan gizi di Afrika dan Asia yang masih marak mendorong badan-badan itu membentuk inisiatif untuk secepatnya membantu negara-negara miskin dan berkembang mengakhiri terjadinya maslah kurang gizi pada anak, antara lain mengurangi separuh penduduk dunia yang kelaparan dan miskin pada tahun 2015. Fenomena itu makin mendorong lembaga gizi PBB mencari terobosan-terobosan baru dalam mengatasi masalah gizi. Diperlukan kemauan politik negara yang dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat, khususnya dalam hal keefektifan dana. Hal itu dicapai dengan menyusun program perbaikan gizi yang dilandasi konsep dan data ilmiah yang bersifat universal, yang menjadi bagian integral dari kebijakan dan rencana pembangunan social ekonomi jangka pendek dan panjang, nasional maupun daerah. Karena dana pembangunan negara kita pada umumnya terbatas, harus dicari program yang berbiaya relatif kecil dengan dampak besar terhadap kesejahteraan rakyat. 

Pentingnya kebiasaan hidup sehat dan pola makan gizi seimbang sehari-hari belum merupakan kebutuhan yang dirasakan sebagaian besar masyarakat. Karena itu upaya perbaikan gizi tidak cukup dengan penyediaan sarana tetapi juga perlu upaya perubahan sikap dan perilaku. Masalah gizi kurang yang dapat menjadi gizi buruk, misalnya bukan hanya karena anak kekurangan makanan, tetapi juga karena penyakit. Pola pengasuhan anak juga sangat menentukan status gizi dan kesehatan anak, demikian juga kualitas pelayanan kesehatan dasar yang berpihak pada orang miskin. Berbagai sebab tadi sangat ditentukan oleh situasi ekonomi rakyat, keamanan, pendidikan dan lingkungan hidup. Masalah gizi tidak dapat ditangani dengan kebijakan dan program sepotong-sepotong dan jangka pendek serta sektoral, apalagi hanya ditinjau dari aspek pangan. Masing-masing diarahkan memenuhi persediaan pelayanan dan menumbuhkan kebutuhan atau permintaan akan pelayanan. Untuk itu diperlukan kebijakan pembangunan di bidang ekonomi, pangan, kesehatan dan pendidikan, serta keluarga berencana yang saling terkait dan mendukung, yang secara terintegrasi ditujukan untuk mengatasi masalah gizi dengan meningkatkan status gizi masyarakat. 

Kebijakan utama yang mendorong penyediaan pelayanan meliputi;pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti penimbangan balita di Posyandu dengan KMS. Kemudian pemberian suplemen zat gizi mikro seperti pil besi kepada ibu hamil, kapsul vitamin A kepada balita dan ibu nifas. Lalu bantuan pangan kepada anak gizi kurang dari keluarga miskin, mengadakan fortifikasi bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, serta melakukan biofortifikasi, suatu teknologi budi daya tanaman pangan. Kebijakan utama ini didukung dengan kebijakan yang mendorong penyediaan pelayanan, meliputi; pelayanan kesehatan dasar termasuk keluarga berencana dan pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi, pengaturan pemasaran susu formula, kebijakan pertanian pangan untuk menjamin ketahanan pangan, pengembangan industri pangan yang sehat, dan memperbanyak fasilitas olah raga bagi umum. Kebijakan yang mendorong terpenuhinya permintaan atau kebutuhan pangan dan gizi meliputi pembangunan ekonomi yang meningkatkan pendapatan rakyat miskin, pembangunan ekonomi dan sosial yang melibatkan dan memberdayakan masyarakat rakyat miskin, pembangunan yang menciptakan lapangan kerja, kebijakan fiscal dan harga pangan yang meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan pengaturan pemasaran pangan yang tidak sehat dan tidak aman. Kebijakan yang mendorong perubahan perilaku yang mendorong hidup sehat dan gizi baik bagi anggota keluarga adalah meningkatkan kesetaraan gender, mengurangi beban kerja wanita terutama pada waktu hamil, dan meningkatkan pendidikan wanita. 

Faktor pola asuh yang berperan antara lain ibu tidak ikut dalam kegiatan organisasi, juga paparan terhadap media massa surat kabar dan majalah. Demikian pula dengan pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi kurang berperan nyata dalam resiko gizi kurang. Kondisi kesehatan anak saat diperiksa lebih banyak yang sakit pada kelompok status gizi bawah. Resiko kurang gizi juga lebih tinggi secara nyata bila konsumsi semua zat gizi pada anak lebih rendah. Riwayat kelahiran juga berperan dalam resiko kurang gizi antara lain tempat lahir dan penolong persalinan. 

Penulis, dosen Sistem Informasi JTE Politeknik Negeri Bali, UTI, dan STITNA, warga Banjar Serongga Kelod, Gianyar



Local Genius Bali

Lestari dan Kembangkan Local Genius Bali melalui Pemanfaatan IPTEK dan Sistem Informasi 
I Gede Suputra Widharma, ST, MT 

Dengan bergulirnya globalisasi dan menuju era informasi yang mengedepankan nilai-nilai universal telah merubah cara pandang sebagian masyarakatnya yang ingin menghendaki adanya perubahan terhadap Bali yang selama ini tetap konsisten menjunjung nilai-nilai luhur Bali yang tri hita karana yang merupakan local genius trendmark Bali. Cara pandang sebagian orang ini jelas tidak sepenuhnya benar mengingat beberapa kendala yang masih dihadapi Bali ke depan, seperti masih rendahnya tingkat pendidikan, masih kuatnya pengaruh pimpinan informal di dalam kehidupan bermasyarakat, serta kuatnya hukum adat yang berlaku. Dalam era globalisasi yang ditandai dahsyatnya pengaruh nilai, gaya dan budaya asing ke Bali tidak dapat dibendung lagi. Pengaruh asing tersebut baik yang bersifat positif maupun negatif sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap yang akan berpengaruh terhadap jati diri Bali yang socioreligius. Oleh sebab itu, diperlukan usaha pemecahan permasalahan kemasyarakatan yang dapat merintangi dan mengganggu gerak maju masyarakat Bali. Hal ini membutuhkan kepedulian semua dalam upaya menangkal setiap ekses globalisasi yang dapat mempengaruhi integritas dan jati diri kita dengan selalu melestarikan dan mengembangkan local genius yang kita miliki. Derasnya arus informasi dan globalisasi yang melanda kehidupan manusia sebagai akibat perkembangan Iptek pada dewasa ini, mengakibatkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapai. 

Di era globalisasi kehidupan masyarakat menjadi lebih trasparan dan lebih terbuka terhadap pengaruh luar akibat kemajuan di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi mengakibatkan persaingan diberbagai bidang kehidupan semakin kuat, sehingga menumbuhkan kecepatan dalam menerima, menyerap, menganalisa serta mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Akibat perkembangan Iptek dan globalisasi tersebut tentunya menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia yang profesional dan berdaya saing tinggi. Berbagai isu sosial budaya dan sosial politik dikedepankan untuk meraih kepentingan sosial ekonomi di mana kekuatan ekonomi juga dipakai untuk mamayungi manuver-manuver politik sehingga terjadi pemaksaan kehendak yang telah mengusik kesucian Pura yang sejak dulu merupakan panyengker yang membuat Bali indah untuk didiami. Globalisasi ini telah mengakibatkan perubahan pada masyarakat Bali yang menjadi transparan, terbuka, dan sulit dibedakan mana yang dikategorikan masalah ekonomi, sosial budaya, hingga mencampuri bishama. Seperti apa yang kita lihat sejak dahulu di Bali dalam kehidupan bermasyarakatnya, dengan budaya dan Agama Hindu sebagai dasar kehidupan yang lebih dikenal dengan local genius. Di mana dalam local genius atau kearifan local seperti menyama braya, seguluk segilik selulung sebayan taka, paras paros yang artinya bersatu padu dalam suka dan duka dalam menghadapi marabahaya, senasib sepenanggungan ini harus ditanamkan dalam sanubari setiap masyarakat (krama) Bali khususnya dan pendatang umumnya yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Bali. Sebetulnya local genius ini sangat ampuh sekali apabila seluruh masyarakat memiliki kesadaran betapa pentingnya nilai-nilai yang terkandung di dalam local genius tersebut dan dapat diimplimentasikan di dalam kehidupan sehari-hari serta protektif terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang akan dihadapi ke depan nanti. 

Pemanfaatan IPTEK dan sistem informasi yang terus maju digunakan seluas-luasnya untuk menyatukan visi misi/gerak langkah masyarakat Bali dalam menjalin komunikasi sesama dan menjaga rasa sehati, senasib, sepenanggungan, untuk menyelamatkan Bali dari hal-hal yang merugikan. Informasi yang baik antara Parisadha dengan umatnya, pemimpin dengan warganya, melalui pemanfaatan teknologi akan dapat membatasi, menghambat, mengurangi sampai dengan meniadakan penyebab timbulnya kekerasan, gejolak dan konflik social yang mengarah pada timbulnya gangguan keamanan dan keutuhan sosial yang jelas sekali merugikan image Bali yang memiliki banyak kearifan lokal yang dikagumi dunia internasional. Diupayakan agar semua pihak dapat berpikir dengan jernih, rasional, hati yang sabar, dan dapat menuju ke jalan kebaikan demi keutuhan bersama serta juga untuk memanfaatkan nilai-nilai budaya dan simpul-simpul kegiatan kemasyarakatan dalam hal ini desa pekraman sebagai wadah paling dasar menjaga keajegan Bali yang bersendikan pada local genius yang telah ada selama ini. 

Penulis, dosen Sistem Informasi JTE Politeknik Negeri Bali, warga Banjar Serongga Kelod, Gianyar 





Taraf Hidup Rakyat

Gunakan Anggaran untuk Peningkatan Taraf Hidup Rakyat 

I Gede Suputra Widharma, ST, MT

Pada akhir bulan januari Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan atas nama Pemerintah yang meminta tiap departemen, kementerian atau lembaga negara menunda atau bahkan mengurangi belanja sampai 15 persen dari anggaran masing-masing untuk pengamanan APBN. Penghematan anggaran belanja merupakan bagian dari 9 langkah pemerintah untuk mengamankan APBN 2008 guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi 2008. Penghematan anggaran belanja negara sebesar 15 persen dari total anggaran belanja kementerian/lembaga diperkirakan akan menghasilkan dana sebesar sekitar 20 triliun rupiah. Program pemerintah dalam melakukan efisiensi, tanpa harus mengorbankan prioritas yang dirancang tiap kelembagaannya. Dalam 3-4 tahun terakhir ini peningkatan anggaran belanja kementerian/lembaga cukup besar sehingga tidak begitu masalah jika pada tahun 2008 kementerian/lembaga harus lebih fokus kepada program-program prioritas. Langkah bijak ini tentunya akan menjadi angin segar bagi pembangunan Indonesia yang lebih terarah dalam pemanfaatan anggarannya, tidak seperti yang selama ini terjadinya penyimpangan dan pemborosan di berbagai posisi yang merugikan negara dan tidak berpihak terhadap nasib rakyat kebanyakan. 

Disamping itu penghematan ini akan dapat menekan kemungkinan terjadinya salah sasaran, penyelewengan ataupun bentuk tindakan korupsi lainnya terhadap anggaran yang ada yang tentunya menggunakan uang rakyat. Efisiensi yang diperoleh dari penghematan ini bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk dana kemanusiaan bagi rakyat Indonesia yang belakangan ini seringkali tertimpa berbagai bentuk musibah bencana alam yang tidak hanya merenggut harta benda mereka tapi juga jiwa orang-orang yang disayangi. Dengan demikian pemerintah akan dapat mengurangi rasa sakit yang diterima rakyatnya yang mengalami musibah tersebut, walaupun tentunya tidak akan pernah cukup untuk mengembalikan kebahagiaan yang mereka miliki sebelumnya. Namun demikian program penghematan yang dilaksanakan ini tentunya tidak bisa dilakukan secara pukul rata terhadap semua bidang/lembaga. Ada beberapa kelembagaan atau bidang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar bahkan perlu ditingkatkan lagi dari anggaran yang telah dialokasikan selama ini pada bidang tersebut. Salah satunya bidang yang membutuhkan anggaran besar adalah bidang pendidikan. Bidang yang mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut hingga saat ini belum mencapai 20% dari APBN seperti yang telah diamanatkan pada UUD 1945 hasil amandemen MPR Reformasi. 

Demikian juga dengan bidang pertanian, pariwisata, kesehatan, dan militer. Pertanian yang merupakan bidang pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia tentunya membutuhkan anggaran yang besar didalam menjaga keberlangsungannya. Pariwisata yang merupakan bidang andalan dalam mendapatkan devisa bagi negara juga membutuhkan anggaran yang besar didalam mempertahankan dan meningkatkan apa yang telah diraih selama ini. Kesehatan merupakan bidang yang menyentuh harkat rakyat Indonesia yang sebagian besar masih ada dibawah garis kemiskinan. Dan terakhir militer, peralatan militer yang kita miliki telah begitu usangnya sehingga sangat meragukan untuk bisa menjaga martabat bangsa atau menjaga keutuhan wilayah negeri ini. Bahkan karena usangnya, peralatan militer tersebut telah merenggut jiwa tentara kita karena tidak layak pakai lagi. Penghematan anggaran pada bidang yang tepat dan waktu yang tepat akan memberikan manfaat bagi kita semua. Apalagi bila penghematan anggaran seperti ini juga dilaksanakan oleh pemerintah daerah baik itu propinsi, kabupaten, dan tingkat pemerintahan yang lebih rendah lainnya. Tentunya akan semakin banyak manfaat yang dirasakan oleh rakyat Bali dalam peningkatan taraf kesejahteraan hidupnya. Harapan ini sekarang kita gantungkan kepada para pimpinan daerah yang baru terpilih pada pilkada Bali baik tingkat kabupaten maupun propinsi untuk mewujudkannya. Efisiensi dalam penggunaan anggaran yang ada dan anggaran yang diprioritaskan digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Bali. 

Penulis, dosen sistem informasi JTE Politeknik Negeri Bali dan STITNA, warga Serongga Kelod, Gianyar



Thursday, February 07, 2008

Adat Bali Benteng Ajeg Bali

ADAT BALI BENTENG AJEG BALI 
I Gede Suputra Widharma 

Bicara tentang Bali pasti tidak akan dapat lepas dari adatnya, karena adat adalah rohnya Bali. Bali tanpa adat seperti sayur tanpa garam atau bahkan lebih tegas lagi seperti sayur kangkung tanpa kangkung. Adat Bali dibentuk oleh para leluhur tentunya dengan tujuan yang sangat mulia, yaitu menjaga lingkungan budaya Bali agar tetap lestari. Bali yang merupakan benteng terakhir kejayaan Hindu nusantara agar mampu selalu mempertahankan eksistensi Hindu di Nusantara ini setelah runtuhnya Majapahit akibat durhakanya seorang anak. Bali menjadi tempat dimana ajaran agama Hindu dapat berjalan dengan baik, seperti upacara Yadnya, Nyepi, dan lain-lain. Namun seiring perkembangan jaman dan modernisasi, terjadilah perkembangan wawasan dan pergeseran cara pandang pada generasi penerus Adat Bali. Perkembangan dan pergeseran ini membuat timbulnya gesekan-gesekan diantara anggota masyarakat yang kadang kala berujung pada tindakan anarkis. seperti kasus adat di Tusan, Banjarangkan, Klungkung yang merupakan akumulasi klimaks kasus adat yg sudah berlangsung beberapa tahun sebelumnya tanpa ada solusi. Juga kasus-kasus lain yg terjadi karena pergesekan sesama orang Bali yang terlibat dalam bentrokan fisik dan berujung dengan pengerusakan bangunan hingga tempat suci. 

Apalagi jika hal ini dibubuhi dengan rasa kesenjangan sosial maka semakin besarlah kemungkinan terjadinya hal-hal yang akan merugikan lahir batin salah satu pihak. Ketidakpuasan yang bisa merusak perjalanan Bali sebagai daerah pariwisata terbaik di jagat ini dan khususnya sebagai benteng Hindu di Nusantara ini. Untuk itu revitalisasi adat Bali memang perlu dilaksanakan. Jadikan adat untuk selalu dapat menjaga budaya luhur masyarakat Bali dan mempertahankan eksistensi Hindu. Hukum/adat pada umumnya memang bergerak lebih lambat dibandingkan dengan pergerakan zaman. Cara mengatasinya, diubah atau direvisi agar sesuai dengan perkembangan zaman. Masalahnya adalah desa pakraman di Bali belum memiliki semacam lembaga eksekusi untuk memaksakan agar perubahan itu dilaksanakan sesuai harapan. Akibatnya, perubahan yang ditawarkan hanya menjadi semacam anjuran. Ditaati syukur, tidak ditaati juga tidak apa-apa. Sanksi adat berupa kasepekang dan kanoroyang, telah dilarang sementara waktu hingga adanya rumusan yang memadai mengenai pengertian dan tata cara menjatuhkan sanksi adat tersebut, yang berlaku bagi semua desa pakraman di Bali. Mengingat untuk sanksi adat ini terasa sangat merugikan pihak korban baik lahir dan bathin serta bila dikaitkan dengan hukum internasional akan menjadi bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Salah satu contoh hukum adat yang telah direvisi tapi tidak dilaksanakan adalah kasus kembar buncing yang terjadi di Desa Pakraman Padangbulia, Singaraja, baru-baru ini. Hukum adat Bali yang terkait dengan kembar buncing sebenarnya sudah dihapuskan sejak tahu 1951 berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali. Tapi, kenyataannya, masih ada masyarakat atau desa pakraman yang mengenakan sanksi adat kepada warganya yang melahirkan kembar buncing. 

Demikian juga tentang larangan perkawinan antarkasta (asu pundung dan anglangkahi karang hulu) telah dihapus tapi tetap saja masih banyak yang berpegang teguh sehingga kasus kawin lari masih banyak terjadi. Padahal kasta itu telah tidak berlaku lagi. Berdasarkan Keputusan Pasamuhan Agung Majelis Desa Pekraman Provinsi Bali tanggal 3 Maret 2006, ditentukan bahwa penduduk yang bertempat tinggal di desa tempat tertentu, dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu (1) krama desa, (2) krama tamu, dan (3) tamu. Krama desa atau pawongan desa, yaitu penduduk yang beragama Hindu dan tercatat sebagai anggota desa adat di tempat yang bersangkutan berdomisili. Krama tamiu, yaitu penduduk beragama Hindu tapi tidak tercatat sebagai anggota desa adat di tempat yang bersangkutan berdomisili. Tamu, yaitu penduduk yang tidak beragama Hindu dan tidak tercatat sebagai anggota desa adat. Masing-masing kelompok memiliki kewajiban yang berbeda terhadap desa adat, dengan demikian diharapkan desa adat tampil lebih sejuk. Walaupun dalam kenyataan, hal ini juga belum berjalan seperti yang diharapkan, tapi telah banyak desa pekraman yang melaksanakannya. Seperti yang berlaku di Desa Pakraman Serongga yang terletak di selatan kota Gianyar. Desa ini memegang teguh pelestarian warisan leluhur. Kehidupan sosial masyarakat yang terdiri atas berbagai warna, mulai dari brahmana, kesatria, waisya dan sudra berbaur menjadi satu dalam kerukunan hidup bertetangga. Belum lagi kanekaragaman clan yang ada di desa ini seperti Dukuh Segening, Pande, Pasek, Arya, dan lain lain, namun kuatnya rasa solidaritas masyarakat yang dipayungi oleh keberadaan Pura Kahyangan, di antaranya Pura Dalem, Pura Puseh/Bale Agung, serta Pura Sakenan, membuat kestabilan dan kedinamisan masyarakat terbina dengan baik. 

Dengan menyadari adanya pluralisme/keanekaragaman di dalam masyarakat seperti yang terlihat melalui adanya eksistensi masyarakat adat, tiada cara yang lebih strategis selain mengelolanya sebagai kekuatan yang produktif dalam mencapai kemajuan bersama. Proses-proses sosial perlu terus dilakukan dalam memelihara dan menyegarkan terajutnya jalinan pluralisme ini menjadi suatu tatanan sosial yang mapan di dalam masyarakat. Peran pemerintah yang selama ini cenderung melakukan praktek eksploitasi terhadap masyarakat adat perlu segera diperbaharui, agar kesadaran pluralis di dalam masyarakat adat tidak berkembang pada bentuk resestensi yang tidak sehat, misalnya dengan ekslusfisme identitas kelompok. Kesadaran pluralis harus terus ditanam dan dikembangkan di dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat perlu mengapresiasi nilai baru yang dapat memberdayakan kehidupan bersama untuk kemajuan dan kreatifitas dalam membangun kebudayaan. Interaksi dalam masyarakat perlu terus dikembangkan melalui bentuk kerjasama dalam menciptakan adat yang sesuai dengan perkembangan jaman dan tetap menjaga Ajeg Bali. Beberapa adat peninggalan masa lalu sudah ketinggalan jaman dan mulai punah di masa kini. Babad sejarah memang selalu berubah sesuai jaman, namun ajaran kebenaran tidak akan pernah berubah sepanjang masa. Demikian juga dengan Adat Bali, perlu kearifan lokal untuk mencari solusi terbaik, yang mana yang perlu kita lestarikan? Masih sesuai kah untuk kondisi Bali dimasa mendatang? Ini merupakan pemikiran untuk masyarakat Bali khususnya, dan pemerhati Bali dimana pun berada. Selama hati kita tidak berubah, semuanya akan tetap lestari di masa mendatang, walau dalam wujud yang berbeda. 

Dosen Program Studi Sistem Informasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali