Tuesday, November 24, 2020

Temperature Sensor in Telemetry System



 TERMOSTAT (THERMOSTAT) 

Termostat pertama yang ditemukan oleh seorang inovator Belanda yang bernama Cornelis Drebbel di Inggris pada abad ke-17 adalah Termostat Merkuri yang digunakan untuk mengatur suhu inkubator ayam. Termostat Modern pertama yang menggunakan Bi-Metallic ditemukan oleh seorang ahli kimia Skotlandia yang bernama Andrew Ure pada tahun 1830 untuk mengendalikan suhu di mesin produksi pabrik tekstil. Termostat adalah suatu perangkat yang dapat memutuskan dan menyambungkan arus listrik pada saat mendeteksi perubahan suhu di lingkungan sekitarnya sesuai dengan pengaturan suhu yang ditentukan. Pada umumnya, Termostat yang digunakan saat ini dapat kita bedakan menjadi dua jenis utama yaitu Termostat Mekanikal dan Termostat Elektronik. Termostat Mekanikal pada dasarnya merupakan jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang menggunakan prinsip Electro-Mechanical sedangkan Termostat Elektronik menggunakan komponen-komponen elektronika untuk mendeteksi perubahan suhunya. Perangkat pendeteksi suhu ini banyak digunakan di perangkat-perangkat listrik seperti Oven, Kulkas, Air Conditioner (AC), pengendalian suhu mesin di mobil dan Setrika. 

a. Prinsip Kerja Termostat Strip Bimetal (Bimetallic Strips Thermostat) 
Sebuah Termostat mekanikal terdiri dari dua jenis logam yang berbeda dan ditempel bersama sehingga menjadi bentuk yang disebut dengan BiMetallic strip (atau Bi-Metal Strip). Dua Strip tersebut akan berfungsi menjadi jembatan untuk menghantarkan atau memutuskan arus listrik ke rangkaian sistem pemanas atau pendinginnya. 
Gambar 2.3 Prinsip kerja dan bentuk-bentuk Termostat Bi-Metal 
SENSOR SUHU 9 
Pada saat Normal, Strip yang berfungsi sebagai jembatan tersebut akan selalu dalam kondisi terhubung dan mengaliri arus listrik, rangkaian yang terhubungnya akan dalam kondisi ON juga. Ketika Strip tersebut menjadi panas, salah satu logam diantaranya akan mengembang dan merubah bentuk menjadi sedikit melekuk dan akan semakin melekuk seiring dengan semakin panasnya strip tersebut yang pada akhirnya akan memisahkan hubungan strip dengan rangkaiannya sehingga aliran listrik ke rangkaian sistem pemanas atau pendingin juga menjadi terputus atau menjadi kondisi OFF. Termostat kemudian berubah menjadi kondisi OFF (Switch OFF) atau terjadi pemutusan arus listrik ke sistem pemanas atau pendingin yang terhubung ke Termostat tersebut. Pada saat kondisi OFF, tidak ada arus listrik yang mengalir melewat strip Bimetal tersebut. Secara bertahap Strip Bimetal tersebut akan kembali menjadi dingin. Logam yang melekuk tadi akan mulai berubah bentuk menjadi bentuk semula sehingga terhubung kembali dan arus listrik mulai mengalir melewati strip bimetal lagi. Kondisi Termostat menjadi ON kembali dan rangkaian sistem pemanas ataupun pendingin menjadi ON lagi. 

b. Prinsip Kerja Termostat Elektronik (Electronic Thermostat) 
Prinsip Kerja Termostat Elektronik ini sedikit berbeda dengan Prinsip Kerja Termostat Bi-Metal yang menggunakan konsep Elektro-Mekanikal. Termostat Elektronik pada dasarnya berbentuk rangkaian elektronika yang terdiri dari berbagai komponen-komponen elektronika. Komponen utama untuk mendeteksi perubahan suhu adalah Thermistor yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature) sekitarnya. Thermistor terbagi menjadi dua jenis yaitu Thermistor PTC dan Thermistor NTC. Pada saat Thermistor mendeteksi adanya suhu tinggi, resistansi atau hambatan Thermistor juga akan berubah sehingga rangkaian elektronikanya akan memutuskan hubungan listrik ke sistem pemanas ataupun pendingin yang terhubung tersebut. Pada saat Thermistor menjadi dingin kembali, resistansi pada thermistor tersebut juga akan berubah menjadi normal kembali sehingga rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai pengendali tersebut akan kembali menyambung aliran arus listrik ke sistem pemanas dan pendingin sehingga menjadi ON kembali. Kelebihan dari Termostat Digital atau Elektronik ini adalah lebih hemat energi dan mencegah pemborosan pada penggunaan listrik. Termostat jenis ini dapat diprogram sehingga kita dapat melakukan pengaturan suhu sesuai dengan periode yang kita inginkan. 

THERMISTOR 

Komponen Elektronika yang peka dengan suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan inggris yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya tersebut merupakan Thermistor jenis NTC (Negative Temperature Coefficient). Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi (hambatan) yang signifikan pada bahan Silver Sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermitor komersil pertama yang dapat diproduksi secara massal adalah Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930.
SENSOR SUHU 10 
Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat. Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient). Seperti namanya, Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif). Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC Gambar 2.4 Simbol dan gambar Thermistor PTC dan NTC Karaktreristik Thermistor NTC dan PTC Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu disekitarnya. Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi 197.388kΩ, saat kondisi suhu di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ, pada suhu 100°C akan menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0.532kΩ (dikutip dari Data Sheet salah satu Produsen Thermistor MURATA Part No. NXFT15XH103). Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah ini : 
SENSOR SUHU 11 
Gambar 2.5 Grafik karakteristik Thermistor NTC 
Pada umumnya Thermistor NTC dan Thermistor PTC adalah Komponen Elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu (Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya. Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. 
Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu. 
Kelebihan Thermistor : 
 Level perubahan output yang tinggi 
 Respon terhadap perubahan suhu yang cepat 
 Perubahan resistansi pada kedua terminal (pin) 

Kekurangan Termistor : 
 Tidak linier 
 Range pengukuran suhu yang sempit 
 Rentan rusak 
 Memerlukan supply daya 
 Mengalami self heating 

RESISTIVE TEMPERATURE DETECTOR (RTD) 

Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD memiliki fungsi yang sama dengan Thermistor jenis PTC yaitu dapat mengubah energi SENSOR SUHU 12 listrik menjadi hambatan listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector (RTD) lebih presisi dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan Thermistor PTC. Resistive Temperature Detector pada umumnya terbuat dari bahan Platinum sehingga disebut juga dengan Platinum Resistance Thermometer (PRT). konsep utama dari yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan (resistant temperature detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan dapat diulang lagi sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten melalui pendeteksian tahanan. Bahan yang sering digunakan RTD adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibiliti. 
Gambar 2.6 Resistive Temperature Detector (RTD) 
Kelebihan dari RTD : 
 Ketelitiannya lebih tinggi dari pada termokopel 
 Tahan terhadap temperatur yang tinggi 
 Stabil pada temperatur yang tinggi, karena jenis logam platina lebih stabil dari pada jenis logam yang lainnya. 
 Kemampuannya tidak akan terganggu pada kisaran suhu yang luas 

Kekurangan dari RTD : 
 Lebih mahal dari pada termokopel 
 Terpengaruh terhadap goncangan dan getaran. 
 Respon waktu awal yang sedikit lama (0,5 s/d 5 detik, tergantung kondisi penggunaannya). 
 Jangkauan suhunya lebih rendah dari pada termokopel. 

THERMOCOUPLE (TERMOKOPEL) 

Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermoelectric”. Efek Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan (junction) ini dinamakan dengan Efek “Seeback”. 
SENSOR SUHU 13 
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang luas, Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan. Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah : 
Gambar 2.7 Prinsip kerja Termokopel 
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita. 

JENIS-JENIS TERMOKOPLE (THERMOCOUPLE) 

Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan. Pada dasarnya, gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan menghasilkan rentang suhu operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum digunakan berdasarkan Standar Internasional. 
 Termokopel Tipe E Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan Rentang Suhu : -200˚C – 900˚C 
SENSOR SUHU 14 
 Termokopel Tipe J Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi) Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan Rentang Suhu : 0˚C – 750˚C 
 Termokopel Tipe K Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium Rentang Suhu : -200˚C – 1250˚C 
 Termokopel Tipe N Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil Rentang Suhu : 0˚C – 1250˚C 
 Termokopel Tipe T Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga) Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan Rentang Suhu : -200˚C – 350˚C 
 Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R) Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga) Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel Rentang Suhu : 0˚C – 1450˚C Kelebihannya Thermocouple Termokopel paling cocok digunakan untuk mampu mengukur suhu yang sangat tinggi dan juga suhu rendah dari -200 hungga 1800⁰C 
Kelemahan Thermocouple Termokopel tidak dapat mengukur suhu awal dari suatu thermometer pada suhu awal dari suatu thermom inieter pada umumnya karena alat ini tidak dapat dikalibrasi, sehingga ketika termokopel pada posisi ON, langsung muncul suhu ruangan. 

IC SENSOR 

Sensor suhu IC (IC temperature sensor) adalah sensor suhu yang prinsip kerjanya didasarkan pada sifat atau perilaku semikonduktor PN junction silikon yang sangat sensitif terhadap suhu/ temperature. Kesensitifan PN junction ini mungkin menjadi kerugian dalam banyak aplikasi, akan tetapi perilaku ini akan sangat menguntungkan bila digunakan dalam perangkat sensor suhu. Sensor suhu IC akan menghasilkan sinyal output (tegangan, arus) yang berbanding lurus atau linier dengan temperatur. Sensor suhu IC biasa digunakan dalam suhu kisaran –50⁰ C sampai 150⁰ C. Sensor suhu IC dibedakan menjadi 4 tipe dasar : 
1. Sensor IC AD590/592, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal arus keluaran yang linier 1µA/⁰K 
2. Sensor IC LM335, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang linier 10mV/⁰K 
3. Sensor IC LM34, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang linier 10mV/⁰F 
SENSOR SUHU 15 
4. Sensor IC LM35, merupakan sensor suhu yang menghasilkan sinyal output tegangan yang linier 10mV/⁰C 

Gambar 2.8 Sensor IC AD590 
Gambar 2.9 Sensor IC LM335 
Gambar 2.10 Sensor IC LM35 

Kelebihan sensor suhu IC : 
1. Menghasilkan sinyal output (tegangan atau arus) yang sangat linier dengan perubahan suhu 
2. Sinyal output tegangan/arus tinggi sehingga tidak membutuhkan sirkuit tambahan 
3. Harganya yang murah 
4. Dapat membaca temperatur secara langsung (1000mV = 100⁰C dan 298µA = 298⁰K atau 25⁰C) pada beberapa perangkat analog 

Kekurangan sensor suhu IC : 
1. Rentang suhu yang sempit, yaitu kisaran -50⁰C sampai 150⁰C 
2. Memerlukan suplai daya 
3. Respon lambat 
4. Pemanasan sendiri 
5. Konfigurasi terbatas 

SENSOR SUHU LM35 

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. 
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC . 

Gambar 2.11 sensor suhu LM35 
Pada Gambar 2.11 ditunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : VLM35 = Suhu* 10 mV Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya . Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. 

Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35: 
 Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. 
 Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC  Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 
 Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. 
 Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA. 
 Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.  Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA. 
 Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC. Contact Temperature Sensor Sensor Suhu jenis contact adalah Sensor suhu yang memerlukan kontak (hubungan) Fisik dengan objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor suhu jenis ini dapat digunakan untuk memantau suhu benda padat, cair maupun gas. Non-Contact Temperature Sensor Sensor Suhu jenis Non-Contact adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan suhu dengan menggunakan konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik langsung dengan obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya.

Encoder Sensor to Read Electric


 

Sensor Cahaya New Era


 

Sensor Cahaya era Milineal


 

Wednesday, November 11, 2020

TheSuputra YouTube Channel

 

TheSuputra : Yutub Channel for Music, Sport, Science and Living la Vida Loca

                        View, Like, Comment, Subscribe and Rang the Bell




Buku Ini Aku Pinjam

Tourism 4.0 & Gastronomy 4.0 in three language

 TURİZM 4.0'DAN GASTRONOMİ 4.0'A GİDEN YOLDA: GELECEĞİN RESTORANLARI VE YÖNETİMİ 

Öz Turizm 4.0 ve Gastronomi 4.0 önderliğinde, gelecekte restoranların ve yönetiminin nasıl şekillenebileceği konusunda öngörülerde bulunmak çalışmanın temel amacını oluşturmaktadır. Araştırmada nitel araştırma yöntemleri kapsamında, literatür taraması ve doküman analizi çalışmaları yapılmıştır. 

Çalışmanın sonunda; yeni nesil dijital tüketiciyi tanımak ve onlara kapsamlı dijital müşteri deneyimi sunmanın önemli olacağı, artan nüfusu besleyebilmek için farklı gıda üretim yöntemlerinin (3D yazıcı, laboratuarda üretilen et gibi) yaygınlaşacağı, restoran menülerinin daha yenilikçi bir hale (kişinin DNA'sına özel sağlıklı menüler vb.) geleceği, dijital pazarlamanın (özellikle gastronomik sosyal medya kullanımı) hayati öneme sahip olacağı, yapay zekâ destekli teknolojik ürünlerin (robotlar, dijital ya da enteraktif menüler, akıllı masalar, müşterinin yediği ürünlerin içeriğini, besin değerini vs. gösteren cihazlar gibi) kullanımının artacağı, paket servisi, eve teslim servis hizmeti ve bu hizmette kullanılacak teknolojilerin (drone'lar vb.) yaygınlaşacağı ve yeni nesil müşterilerin teknoloji ile birlikte, çevreye duyarlılık ve sağlıkla ilgili uygulamalara önem vereceği bulgularına ulaşılmıştır. 

Bu bağlamda; dijital teknolojileri birbirleri ile uyumlu hale getirmek ve tüketiciye kapsamlı bir hizmet modeli ile aradığı dijital deneyimi sunmak, geleceğin restoran yöneticilerinin en önemli görevi olacağı öngörülmüştür.


FROM TOURISM 4.0 TO GASTRONOMY 4.0: RESTAURANTS AND MANAGEMENT OF THE FUTURE 

Under the leadership of Self Tourism 4.0 and Gastronomy 4.0, it is the main objective of the study to make predictions about how restaurants and management can be shaped in the future. Within the scope of qualitative research methods, literature review and document analysis studies were carried out in the research. 

At the end of the study; different food production methods (such as 3D printers, lab-produced meat) will become more innovative (such as healthy menus specific to one's DNA, etc.), digital marketing (especially gastronomic social media use) will be vital, artificial intelligence-powered technological products (robots, digital or enter active menus) will be important to get to know and provide them with a comprehensive digital customer experience. , smart desks, the contents of the products eaten by the customer, food value, etc.) will increase the use of, takeaway, home delivery service and technologies to be used in this service (drones, etc.) will become widespread and the next generation of customers, together with technology, environmental sensitivity and health-related applications have been reached. 

In this context; Harmonising digital technologies with each other and delivering the consumer the digital experience they are looking for with a comprehensive service model is predicted to be the most important task of the restaurant managers of the future.


DARI TOURISM 4.0 HINGGA GASTRONOMY 4.0: RESTORAN DAN MANAJEMEN MASA DEPAN 

Di bawah kepemimpinan Self Tourism 4.0 dan Gastronomy 4.0, ini adalah tujuan utama penelitian untuk membuat prediksi tentang bagaimana restoran dan manajemen dapat dibentuk di masa depan. Dalam lingkup metode penelitian kualitatif, tinjauan literatur dan studi analisis dokumen dilakukan dalam penelitian. 

Pada akhir penelitian; metode produksi makanan yang berbeda (seperti printer 3D, daging yang diproduksi lab) akan menjadi lebih inovatif (seperti menu sehat khusus untuk DNA seseorang, dll.), pemasaran digital (terutama penggunaan media sosial gastronomi) akan menjadi produk teknologi yang vital dan bertenaga kecerdasan buatan (robot, digital atau masuk menu aktif) akan penting untuk mengenal dan memberi mereka pengalaman pelanggan digital yang komprehensif, meja pintar, isi produk yang dimakan oleh pelanggan, nilai makanan, dll.) akan meningkatkan penggunaan, takeaway, layanan pengiriman rumah dan teknologi yang akan digunakan dalam layanan ini (drone, dll.) akan menjadi tersebar luas dan generasi pelanggan berikutnya, bersama dengan teknologi, sensitivitas lingkungan dan aplikasi terkait kesehatan telah tercapai. 

Dalam konteks ini; menyelaraskan teknologi digital satu sama lain dan memberikan konsumen pengalaman digital yang mereka cari dengan model layanan yang komprehensif diprediksi menjadi tugas terpenting manajer restoran di masa depan.