Wednesday, September 13, 2006

ANCAMAN SAMPAH DIBALIK MAJUNYA PARIWISATA BALI

ANCAMAN SAMPAH DIBALIK MAJUNYA PARIWISATA BALI
I Gede Suputra Widharma

“…dimanakah engkau? citra nan memukau? 
      e-o-a-e-o… kembalikan Baliku padaku…” 

Sepenggal syair indah lagu gubahan Guruh Sukarnoputra terngiang di telinga saat sedang menikmati alam Bali, pulau kecil nan indah yang mengundang rasa`kagum bagi siapa saja yang sempat mencicipi keindahannya. Lagu yang selalu mengingatkan kita pada kemashyuran Bali tempo dulu dan juga untuk menjaga kelestariannya hingg akhir jaman. Pariwisata Bali memang telah mendunia, keindahan alam dan budayanya membuat setiap orang di muka bumi ingin berkunjung ke Bali dan ingin kembali lagi mengunjunginya. Dan ini membuat kita selalu ingin menjaga dan melestarikannya. Apalagi dewasa ini, saat pembangunan telah merambah ke seluruh pelosok Bali, ketika beton-beton berdiri kokoh tak terbendung dari tepi pantai hingga pedalaman. Bali sedang menggeliat. Hotel-hotel dari tipe melati hingga berbintang membuka lapangan kerja dan mendatangkan devisa yang besar manfaatnya bagi Bali. Namun dibalik kemajuan ini, lingkungan Bali sedang digerogoti oleh efek kemajuan tersebut, ada setumpuk masalah yang bermunculan. Salah satu masalah yang paling menonjol dan mengancam adalah sampah. Pariwisata Bali Sebelumnya mari kita segarkan dulu tentang pariwisata Bali. Pariwisata Bali terkenal di dunia karena hasil perpaduan yang harmonis dan asri antara keindahan panorama alam mulai dari pantai hingga pedalamannya dengan adi luhungnya warisan budaya penghuninya mulai dari sikap toleransi dan keramahtamahannya hingga akar seni yang mengalir pada darah insan Bali dan telah tertanam subur di tanah dewata ini. 

Hal inilah yang membuat wisatawan berbondong-bondong datang ke Bali sejak jaman dahulu kala, walaupun kemarin sempat menurun drastis karena dua kali kasus bom Bali, tapi kini kondisinya telah berangsur-angsur membaik kembali walaupun belum seramai seperti dulu lagi. Hal ini terjadi disamping karena faktor keamanan yaitu rasa kekhawatiran wisatawan yang masih tersisa, juga karena muncul dan berkembangnya tujuan wisata lain di sekitar Bali. Namun demikian, sesuai hasil survey yang dilakukan oleh lembaga survey internasional menunjukkan Bali tetap menjadi primadona pariwisata nomer satu di dunia dan kondisi yang membaik ini akan terus meningkat ditengah ketatnya persaingan baik sehat maupun tidak sehat yang dilakukan oleh tujuan wisata lain, khususnya negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, maupun Thailand. Sayangnya, ada ancaman di balik kemajuan pariwisata ini yaitu ancaman yang mungkin jadi akan menjadi musuh dalam selimut yang akan menikam kita dalam lipatan dan membuat pariwisata kita terpuruk lagi. Ancaman ini adalah masalah sampah yang mulai mengepung Bali dari berbagai arah, yang bila tidak ditangani segera dengan bijak akan membahayakan Bali dengan kita dan keluarga kita yang ada didalamnya. Sampah Musuh Ajeg Bali Sampah berdasarkan gambaran harfiahnya adalah barang kotor, penuh bau menyengat, jorok, sisa, hina, menjijikan, serta memiliki nilai rendah. Sampah yang menjadi masalah bagi kita mengambil berbagai bentuk yang menumpuk dan mengotori keindahan dan meracuni kesucian Bali. Sampah masyarakat, sampah organik, sampah anorganik, sampah industri, sampah rumah tangga adalah beberapa istilah yang berhubungan dengan sampah tersebut. Berbagai masalah datang berawal dari sampah ini, kotorannya merusak hati dan pikiran jernih insan beradab yang sejak dahulu menghuninya. 

Akibatnya adalah kemerosotan moral mulai mewarnai hari-hari dengan sepak terjang generasinya kini, dari yang muda hingga tua, dari yang warga biasa hingga para pejabatnya, dari para lelakinya hingga kaum perempuannya. Kekotorannya yang menumpuk dari pinggir jalan hingga pojok gedung bertingkat, disertai dengan baunya yang memualkan perut dan memusingkan kepala benar-benar mimpi buruk bagi pulau kecil ini, yang akan memenuhi peraduannya bila dibiarkan. Demikian juga dengan hitamnya air yang mengalir diselokan karena alirannya melalui timbunan sampah, sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan yang dibuang orang seenaknya, kemudian air tersebut akan bergabung dan menyelimuti kejernihan sungai dengan kotorannya, membuat air sungai penuh dengan warna-warni menjijikan dan aroma busuk yang menyengat, air yang memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Bali dalam interaksinya dengan Junjungannya, sesamanya, maupun dengan lingkungannya menjadi kotor. Sampah menjadi sarang terjangkitnya berbagai penyakit terhadap kesehatan manusia yang menyerang badan dan pikiran manusia. Fenomena yang bermuara pada kotornya badan, pikiran, dan jiwa akan menutupi kejernihan hati kecil untuk menjaga Keajegan Bali. Sampah mengotori badan ini, sehingga baunya menutupi hidung kita untuk tahu wangi yang sesuai dan tidak sesuai dengan kebutuhan Bali. Seringnya tertipu oleh wangi semu yang terpancar`dari tubuh yang dipenuhi oleh wangi menyengat untuk menutupi kotornya hati, bukan wangi yang terpancar dari tubuh yang terbiasa mendekatkan diri pada Hyang Jagatkarana yang menciptakan alam yang penuh aroma kemuliaanNYA. Sampah dengan kotorannya juga membutakan mata kita sehingga tidak jelas bagi kita membedakan warna apa yang pantas dan tidak pantas kita berikan bagi Bali yang begitu indah bukan saja hasil penginderaan mata kasar tapi juga kehalusan perasaan mata hati. Barang sisa ini juga sering membuat kita lupa diri, lupa pada kewajiban kita sebagai generasi yang menjaga Bali warisan luhur nenek moyang kita. Sampah membuat pikiran menjadi gelap, sehingga pikiran menjadi pendek dan sempit dan menyebabkan begitu mudahnya rasa benci dan amarah datang, melakukan tindakan anarki yang malah membuat Bali semakin merana dan terluka. 

Sampah adalah barang kotor yang membuat begitu mudahnya diri ini terhasut oleh propokasi pihak yang mencari untung dari kekeruhan yang timbul, terjebak dalam pergaulan yang salah dan menyesatkan, yang pada akhirnya membuat Bali tersakiti. Barang yang memiliki nilai rendah ini mampu menggelapkan pikiran sehingga insan beradab rela bertindak rendah memanfaatkan fasilitas dan jabatannya untuk kepentingan isi perutnya dan keluarganya. Barang hina ini juga mampu membuat orang tidak malu lagi berbuat hina, bahkan terhadap kesucian tempat ibadahnya. Sampah kala semakin tinggi menumpuk, tidak saja membuat badan dan pikiran kita sebagai pewaris Bali menjadi semakin kotor, tapi membuat bencana yang jauh lebih besar daripada kecaman Presiden seperti yang dialami daerah-daerah kotor beberapa waktu yang lalu, yaitu gelapnya jiwa kita. Kegelapan jiwa akan membuat kehancuran dan kebinasaan. Kegelapan jiwa membuat Dia tidak sudi berstana dalam diri kita, bahkan di hati kecil yang terdalam, apalagi di tanah ini. Tidak bisa terbayangkan bila Bali tanpa Dia dengan segala manifestasi dan sinar suciNYA. Bali akan kehilangan taksu yang selama ini membuat citranya memukau planet ini dengan segenap penghuninya. Penanggulangan Sampah Waspada sampah, baik itu sampah masyarakat, sampah industri, maupun sampah rumahtangga. Demikian juga lokasi keberadaannya, baik itu sampah yang ada di pinggiran jalan, di selekon, di lingkungan sekolah, di pelataran tempat ibadah, maupun di balik meja kantor. Melihat dampak mengerikan yang diciptakan sampah, belum termasuk berbagai penyakit yang siap menerkam kesehatan kita dan keluarga kita tercinta yang ada karena sampah, maka sampah merupakan musuh yang harus diperangi bersama oleh semua generasi yang ada di Bali ini. Dan semua berawal dari diri kita masing-masing bagaimana memperlakukan barang sisa ini. Kepedulian kita untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah yang berserakan dan tidak pada tempatnya merupakan komponen dasar dan utama bagi kita dalam memerangi dampak buruk dari sampah-sampah tersebut. Untuk sedikit mengingatkan kembali bahwa sampah berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yang merupakan barang sisa dengan bahan dari tumbuhan atau sisa hewan ini cara penanganannya bisa dikubur atau diolah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk menjaga serta meningkatkan kesuburan tanah. Sedangkan sampah anorganik bisa diolah, didaur ulang lagi, atau dimanfaatkan untuk hal yang lain yang bermanfaat bagi kehidupan ini. Selain itu sampah bisa dibakar dengan memperhatikan jumlahnya agar tidak menimbulkan masalah baru dengan asapnya. Memperlakukan sampah secara benar tidak akan membuat sampah menjadi momok yang menakutkan bagi kita lagi. Sampah bisa dimanfaatkan menjadi hal yang baik bagi kita khususnya dalam menjaga Bali bila benar mengolahnya. Sampah organik menjadi pupuk yang membuat tanah subur, lingkungan menjadi hijau, tanaman tumbuh dan berbunga. Sampah anorganik yang diolah menjadi pot bunga, aksesoris rumah yang warni-warni, atau vas bunga yang menghias meja tamu atau tempat ibadah kita. Bali akan semakin indah dengan kemampuan kita mengelola sampah mulai dari lingkungan tempat tinggal kita. Sampah menjadi tanggungjawab kita bersama baik Pemerintah maupun masyarakat luas pada umumnya. 

Masih ingat masa di sekolah dasar dulu bahkan di taman kanak-kanak banyak terdapat tulisan-tulisan hiasan dinding yang bicara tentang kebersihan, seperti Bersih pangkal Sehat, Buanglah Sampah pada Tempatnya, Jagalah Kebersihan, atau Bersih adalah Sebagian dari Iman. Dengan menanamkan prinsip tersebut pada anak-anak yang pikirannya masih seperti kertas putih yang siap diisi akan menjadi ukiran indah yang akan terpatri abadi di hatinya untuk selalu menjaga kebersihan. Namun tidak hanya dengan tulisan itu saja yang mungkin jadi tetap sebagai hiasan dinding belaka bila didukung langkah nyata, agar semakin menancap dalam keinginan mulia tersebut pada hati anak-anak diperlukan keteladanan dari guru dan orang tuanya tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Demikian juga iklan-iklan sosial yang ada di mass media baik cetak maupun elektronik sangat mendukung untuk selalu mengingatkan kita dalam memerangi sampah dan menjaga kebersihan. Disamping itu, pemerintah melalui peran Dinas Kebersihan yang setiap hari datang mengambil sampah dari keranjang sampah di depan rumah kita atau dari tong sampah di pojok pemukiman kita atau dari bak sampah di pinggir jalan raya ini perlu didukung usaha dan programnya dalam menjaga kebersihan dengan jalan membuang sampah pada tempatnya, bahkan akan lebih menunjukkan kepedulian kita bila sampah tersebut dibungkus tas plastik dengan membedakan antara sampah organik seperti sisa makanan dengan sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan bahan lainnya. Dan tentu saja dukungan dengan cara membayar iuran sampah bulanan untuk kesejahteraan mereka. Sampah-sampah ini yang kemudian akan diangkut dengan truk sampah yang akan semakin baik bila truk tersebut jumlahnya memadai dan memakai penutup sehingga sampah tidak meluber dan tercecer di jalan. Sampah ini ditampung di TPA dan suatu TPA disebut baik bila pada TPA tersebut juga memisahkan antara sampah organik, anorganik dan sampah yang tidak bisa diolah lagi. Disini kembali peran pemerintah yang tentu saja perlu dukungan dari pihak lainnya khususnya pihak perhotelan dalam hal pengadaan lahan dan peralatan untuk mengelola sampah tersebut. Antara lain dalam menyiapkan fasilitas yang dapat memisahkan antara kedua jenis sampah tersebut, dan juga fasilitas untuk menghancurkan sampah yang tidak bisa diolah kembali. Pemisahan sampah ini juga memudahkan bagi pemulung dalam memilah sampah yang bisa diolah kembali, serta bagi industri pupuk organik dalam mendapatkan bahan baku untuk membuat pupuk tersebut. Dengan demikian kerjasama yang baik antar setiap unsur dalam pengelolaan sampah ini akan memberikan hasil yang baik bagi lingkungan, kesehatan, dan tentu saja bagi pariwisata. Dan tentunya yang paling utama adalah Bali menjadi tempat yang baik dan sehat bagi kita untuk hidup dan menjalani kehidupan. Akhir kata, dalam mewujudkan Pariwisata Bali yang maju dan recovery segera seperti dulu, rasa aman dari bahaya sampah yang ada dibalik kemajuan ini juga penting artinya disamping tentunya rasa aman dari sekumpulan orang yang berhati sampah yang kita sebut teroris. Survey yang menunjukkan Bali masih merupakan tujuan wisatawan terbaik didunia menjadi satu pegangan bagi Bali dalam semakin meningkatkan segala aspek yang bisa mendukung pariwisatanya. Salah satu aspek yang penting yang bisa kita lakukan bersama-sama dan mulai sedini mungkin adalah menjaga lingkungan kita dari sampah. Mengelola sampah sebaik dan sebijak mungkin akan memberikan hal yang baik bagi kita. Dengan berpegang pada semboyan bersih itu sehat, menjaga agar lingkungan selalu bersih dari sampah akan menunjang kiata dalam menjaga kesehatan, menunjang kenyamanan kita untuk berkarya, berinteraksi dengan sesama, dan mendekatkan diri pada Tuhan di pulau indah yang memukau ini. 

Sebagai penutup tulisan ini ingin rasanya penulis melanjutkan syair dari lagu gubahan bli Guruh tadi tentang Kembalikan Baliku, namun penulis mendapat inspirasi dari seuntai kata-kata indah dalam suatu kalimat indah dari sebuah buku indah yang berjudul Baba Grace yang tersirat doa yang mampu menguatkan anda, saya, dan kita semua dalam menjaga Bali dari segala ancaman yang ingin mengganggu keajegannya, termasuk dari ancaman sampah-sampah yang saat ini masih mengepung Bali yang kita cintai untuk kita kalahkan dan kendalikan secara bersama-sama. Anda tidak sendirian atau tidak berdaya. Kekuatan yang menuntun bintang di langit, menuntun anda juga…

Penulis, peminat masalah sosial, staf pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali



No comments: