Kesehatan dan Keselamatan Kerja
I Gede Suputra Widharma
1. Kebersihan
Kebersihan merupakan syarat utama
bagi pegawai agar tetap sehat, dan pelaksanaannya tidak memerlukan banyak
biaya. Untuk menjaga kesehatan, semua ruangan hendaknya tetap dalam keadaan
bersih.
2. Air Minum dan Kesehatan
Air minum yang bersih dari sumber
yang sehat secara teratur hendaknya diperiksa dan harus disediakan secara
cuma-cuma dekat tempat kerja. Hal ini penting karena di tempat persediaan air
yang disangsikan kebersihannya, dan di tempat kerja terbuka, apabila tidak ada
persediaan air bersih, pegawai akan cenderung menyegarkan diri dengan air
kotor.
3. Urusan Rumah Tangga
Kerapihan dalam ruang kerja
membantu pencapaian produktivitas dan mengurangi kemungkinan kecelakaan. Jika
jalan sempit dan tidak bebas dari tumpukan bahan dan hambatan lain, maka waktu
akan terbuang untuk menggeser hambatan tersebut sewaktu bahan dibawa ke dan
dari tempat kerja atau mesin.
4. Ventilasi, Pemanas dan Pendingin
Ventilasi yang menyeluruh perlu
untuk kesehatan dan rasa keserasian para pegawai, oleh karenanya merupakan
faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja. Pengaruh udara panas dan akibatnya
dapat menyebabkan banyak waktu hilang karena pegawai tiap kali harus pergi ke
luar akibat “keadaan kerja yang tidak tertahan”.
5. Tempat Kerja, Ruang Kerja dan Tempat Duduk
Seorang pegawai tak mungkin
bekerja jika baginya tidak tersedia cukup tempat untuk bergerak tanpa mendapat
gangguan dari teman sekerjanya, gangguan dari mesin ataupun dari tumpukan
bahan. Dalam keadaan tertentu kepadatan tempat kerja dapat berakibat buruk bagi
kesehatan pegawai, tetapi pada umumnya kepadatan termaksud menyangkut masalah
efisiensi kerja.
6. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan harus
diusahakan dengan meniadakan penyebabnya, apakah sebab itu merupakan sebab
teknis atau sebab yang datang dari manusia.
7. Pencegahan Kebakaran
Kebakaran yang tidak terduga,
kemungkinan terjadi di daerah beriklim panas dan kering serta lingkungan
industri tertentu. Pencegahan senantiasa lebih baik daripada memadamkan
kebakaran, tetapi harus ditekankan pentingnya peralatan dan perlengkapan
lainnya untuk pemadaman kebakaran, yang harus dipelihara dalam keadaan baik.
8. Gizi
Pembahasan lingkungan kerja tidak
dapat lepas tanpa menyinggung tentang masalah jumlah dan nilai gizi makanan
para pegawai. Di beberapa negara jumlah makanan pegawai tiap hari hanya sedikit
melebihi yang diperlukan badannya, jadi hanya cukup untuk hidup dan sama sekali
kurang untuk dapat mengimbangi pengeluaran tenaga selama menjalankan pekerjaan
yang berat. Dalam keadaan yang demikian tidak dapat diharapkan bahwa pegawai
akan sanggup menghasilkan keluaran yang memerlukan energi berat, yang biasanya
dapat dihasilkan oleh pegawai yang sehat, cukup makan, lepas dari kesulitan
akibat iklim yang harus dihadapi.
9. Penerangan/cahaya, warna, dan suara bising di tempat kerja
Pemanfaatan penerangan/cahaya dan
warna di tempat kerja dengan setepat-tepatnya mempunyai arti penting dalam
menunjang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Kebisingan di tempat kerja
merupakan faktor yang perlu dicegah dan dihilangkan karena akan dapat
mengakibatkan kerusakan.
AKTIVITAS KERJA
Aktivitas kerja adalah suatu kegiatan kerja atau salah satu
kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan.
Mengukur aktivitas kerja manusia
adalah mengukur seberapa besar tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pegawai
untuk melaksanakan pekerjaannya (Sedarmayanti, 2011:18).
Menurut Sedarmayanti (2011:19)
secara umum kriteria pengukuran aktivitas kerja manusia dibagi ke dalam dua
kelas utama, yaitu:
1. Kriteria Fisiologis
Kriteria fisiologis dari
aktivitas kerja manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut
jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang tepat
berdasarkan kriteria ini agak sulit, karena perubahan fisik dari keadaan normal
menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis
yang lain. Kecepatan denyut jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi
tekanan psikologis, tekanan lingkungan atau tekanan akibat kerja keras, di mana
ketiga tekanan tersebut sama pengaruhnya. Apabila kecepatan denyut jantung
meningkat, agak sulit ditentukan, apakah meningkatnya itu disebabkan akibat
kerja, akibat temperatur ruangan yang terlampau panas atau akibat rasa takut.
Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis dapat digunakan
apabila faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerja ada dalam
keadaan normal.
2. Kriteria Operasional
Kriteria operasional melibatkan
teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil yang bisa dilakukan tubuh atau
anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan. Secara umum hasil gerakan yang
bisa dilakukan oleh anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk:
rentang gerakan, pengukuran
aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Untuk
mengukur aktivitas tersebut, dapat digunakan bermacam-macam alat ukur seperti:
alat pengukur tegangan, dinamo meter dan lain-lain.
Keberhasilan Aktivitas Kerja
Menurut Sedarmayanti (2011:21)
secara garis besar faktor yang mempengaruhi keberhasilan aktivitas kerja dapat
dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu:
1. Faktor Diri
Setiap pekerjaan memiliki ciri
dari mana masing-masing timbul, sehingga dapat diperkirakan mengenai pegawai
macam apa yang dibutuhkannya. Karena faktor diri pada dasarnya tidak dapat
diubah, maka agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, terlebih dahulu
harus dilakukan pemilihan calon pegawai yang meliputi pengukuran terhadap
kemampuan diri disertai dengan penilaian kesesuaiannya dengan tuntutan
pekerjaan. Kesesuaian antara pegawai dengan pekerjaannya merupakan syarat
penting karena jika diabaikan hasil kerjanya akan menjadi rendah. Pada saat
pegawai bersangkutan menyadari hal tersebut, apalagi jika pegawai kehilangan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dari kerjanya ini, maka hasil kerjanya akan
semakin rendah. Hal ini jelas semakin tidak dikehendaki baik oleh pegawai
maupun oleh pihak organisasi.
2. Faktor Sosial dan Keorganisasian
Tidak semua kebutuhan pegawai
dapat dipenuhi dengan materi, bahkan kadang-kadang kebutuhan non materi dapat
mengalahkan kehendak yang didasari oleh kebutuhan materi. Perlakuan sebagai
manusia dibutuhkan oleh pegawai walaupun mereka merupakan salah satu alat
produksi. Bicara tentang segi kemanusiaan dari seorang pegawai, tampak berbagai
kebutuhan pegawai seperti rasa aman, rasa terjamin, ingin perlakuan yang adil,
ingin prestasinya diketahui dan dihargai orang lain, ingin berteman, ingin
diakui sebagai bagian masyarakat, bahkan ingin menonjol. Peranan organisasi
sangat besar dalam menciptakan iklim kerja yang baik, menjalankan kepemimpinan
yang baik, mengadakan hubungan terbuka baik formal maupun informal,
menyelenggarakan sistem penggajian yang adil, sistem “penghargaan dan hukuman”
yang tepat, pelatihan yang cukup, pembagian tugas dan tanggung jawab yang
memadai dan sebagainya.
3. Faktor Fisik
Pekerjaan Hubungan antara manusia
dengan mesin dan peralatannya serta lingkungan kerja dapat dilihat sebagai
hubungan yang unik karena interaksi antara hal tersebut membentuk sistem kerja
yang tidak sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Disuatu pabrik
besar yang produksinya yang bersifat massa, jumlah mesin yang banyak dan
seringkali sejenis atau terlampau bermacam jenis, dapat menimbulkan suatu
ketegangan (stress) pada pegawai. Pembagian tugas yang sempit atau spesialisasi
yang ketat menyebabkan pekerjaan bersifat terlampau berulang-ulang,
kadang-kadang dengan siklus yang singkat, sangat rutin dan menjemukan. Begitu
juga mesin yang berjalan cepat dan memerlukan pengawasan yang ketat. Pegawai
akan merasa bahwa dirinya diawasi oleh mesin yang dapat memberi kesan
merendahkan produksi, menghilangkan rasa berjasa dan menyebabkan kurangnya rasa
tanggung jawab. Kurangnya rasa tanggung jawab akibat tidak pernah melihat
hasil, akhirnya dapat terjadi. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan
perusahaan agar pada akhirnya dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Selain itu perlu diperhatikan pula keadaan faktor fisik lain seperti kemampuan
kerja pegawai, pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap hasil kerja,
perancangan mesin dan peralatan agar sesuai dengan pemakaian, dan cara
menangani atau memakainya.
4. Faktor Perubahan
Semua yang termasuk ke dalam
faktor diri, sosial keorganisasian dan fisik pekerjaan secara bersama-sama
berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempengaruhi keberhasilan kerja. Tugas
pimpinan adalah mengusahakan perpaduan faktor tersebut dengan baik sehingga
secara keseluruhan menghasilkan sistem kerja yang efisien. Teknik tata cara
kerja ditunjukkan untuk mendapat rancangan sistem kerja yang terbaik, dan dalam
rangka ini salah satu hal yang penting adalah bahwa kegiatan mendapatkan
rancangan terbaik dan merupakan kegiatan yang dinamis. Ini menunjukkan adanya perubahan
yang terus menerus sesuai dengan perbaikan rancangan yang dinilai lebih
menguntungkan. Hal yang sering merupakan penghambat terlaksananya perubahan
(perbaikan) ini adalah ketidaksediaan pegawai menerimanya. Memang hal ini harus
disadari karena hampir setiap usaha merubah merupakan sesuatu yang wajar.
Tantangan ini tidak terbatas pada hal-hal yang dirasakan memberatkan saja,
tetapi terdapat hal yang secara obyektif yang menguntungkan pun sering dihadapi
oleh pegawai.
Penulis, dosen teknik elektro PNB dan dosen teknik industri UNMAR
No comments:
Post a Comment